Lebak, bantencom – Sebanyak 300-an siswa SD Negeri 02 Bayah Barat, Lebak mengikuti gelar simulasi tanggap bencana gempa tsunami (15/2).
Ketika peluit isyarat gempa dibunyikan, serta merta seluruh siswa berlindung di bawah meja. Sesaat berikutnya saat sirine dibunyikan para siswa berhamburan keluar membentuk barisan di lapangan. Secara cepat namun teratur para guru memandu masing-masing kelas menuju tempat evakuasi yang telah ditetapkan.
Seluruh siswa dan para guru dengan antusias mengikuti kegiatan yang diprakarsai oleh Kidzsmile Foundation dan didukung oleh Komunitas Jaga Balai dan Villa Hejo Kiarapayung.
Idzma Mahayatika, program leader kegiatan ini, mengatakan bahwa generasi emas yang kini duduk di bangku sekolah dasar justru harus mendapat prioritas pembekalan pengetahuan tanggap bencana.
"Kami tak sanggup membayangkan apa yang terjadi jika bencana terjadi pada saat kegiatan belajar. Siswa terutama yang kelas 1 dan 2 akan menangis panik tak mampu menyelamatkan diri. Kami tak sanggup membayangkan bagaimana para orang tua kehilangan putera-puteri terkasihnya dalam bencana. Itulah yang mendorong kami dari Bandung datang ke Bayah,'" tuturnya mengenang kegiatan yang sama di Aceh bertahun silam.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama 4 jam itu disimulasikan terjadi gempa besar yang berpotensi tsunami. Siswa diberi wawasan mengenai kebencanaan dan dilatih untuk bagaimana bersikap pada saat kejadian. Pada sesi yang terpisah, dewan guru juga diberi materi pengurangan resiko bencana dan dilatih untuk dapat memastikan keselamatan siswa pada saat gempa dan mengawal siswa menuju tempat evakuasi manakala gempa berpotensi tsunami.
Supriana, S.Pd, M.Pd, Kepala SDN 02 Bayah Barat, mengatakan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan pertama yang melibatkan seluruh siswa dan para guru. "Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena selain tugas utama kami mendidik, kami juga berkewajiban mengayomi siswa di semua situasi, terutama dalam keadaan darurat bencana", tutur Yana antusias.
Di tempat yang sama, Aan Anugrah, relawan Komunitas Jaga Balai menjelaskan bahwa kegiatan seperti ini perlu direplikasi oleh sekolah-sekolah lain untuk kesiapsiagaan. "Terlebih jika melihat data INARISK banyak sekolah di Lebak Selatan berada di daerah zona merah tsunami," ujar Aan.
Abah Lala, relawan dari komunitas Villa Hejo Kiarapayung, berharap wawasan kebencanaan ini terus dapat tersampaikan pada masyarakat. Abah menepis anggapan bahwa kegiatan ini malah menakut-nakuti masyarakat.
"Jika kita tinggal di hutan yang masih banyak binatang buas, maka tentu kita tak akan serampangan tinggal. Rumah tentu akan dirancang tinggi agar binatang buas tidak mudah masuk menyerang. Seperti itu pula kita seyogyanya bersikap menghadapi potensi bencana gempa/tsunami. Harus dibangun kesiapsiagaan untuk mengurangi resiko."